Sabtu, 07 Juni 2025

Selamatkan Aku dari Kehampaan dan Kebosanan Ini

 Naluriku dalam menulis semakin tumpul. Apakah arti semua ini? apakah aku mulai kehilangan inspirasiku? , tidak, tolong jangan katakan bahwa semua ini akan berakhir. Kupikir ketajaman dalam menulis juga dipengaruhi dengan sumber inspirasinya. Titik itu kini sudah tidak ada, dia sudah mulai terkikis oleh waktu dan mulai terhapus oleh kebiasaan baru. Kebiasaan baru yang memberikan suasana baru. Namun dimanakah suasana puitis itu? apakah sebentar lagi tulisan ini akan berubah genre? hahaha. Ini sangat konyol. Aku bahkan ingin menertawakan diriku sendiri. Mengapa aku begitu konyol? suasana hati yang selalu berubah, pasangan yang datang dan pergi silih berganti hingga kestabilan terhadap kreatifitas yang juga berubah-ubah. Mungkinkah dunia ini juga ingin ikut tertawa melihat semua kekonyolanku.

Hari libur panjang saat akhir pekan, itu adalah hal yang paling ditunggu-tunggu oleh semua pekerja. Berkeliling dan mencari keseruan di luar itu pasti seru, namun aku terlalu pemalas untuk merasakan suasana itu. Berdiam diri di kamar itu justru lebih nyaman, namun apakah keresahan akan diam-diam menghampiri dan mengusik ketenanganku. Kurasa tidur lebih banyak membuat semuanya lebih baik. Aku mungkin sudah tidur lebih dari 12 jam sejak malam hari. Suasana tanpa arah dan hanya mengandalkan media sosial sebagai teman. Terasa tidak ingin melakukan tindakan apapun, karena kini aku terlalu lelah dan menyerah melihat keadaan yang tak akan berubah, seberapa keras aku telah berusaha dan berharap.

Buku, itu satu-satunya yang bisa menyelamatkan dari kebosanan, berdiri dari tempat tidur yang sudah sedari pagi memeluk diriku pilihan yang tepat, demi sebuah buku. Buku yang mengajarkan tentang kebijaksanaan, meski bagitu itu tak cukup pantas bagiku. Tak peduli seberapa bijak setiap kalimat pada buku itu, aku tidak akan mungkin bisa memenuhi untuk menerapkannya. Aku membacanya untuk menenangkan hatiku dan mengingatkan diriku bahwa cobaan akan selalu datang dan semuanya akan baik-baik saja. Tak ada hidup yang sempurna, akhir-akhir ini aku mendengar banyak ocehan dari para idol yang kusuka dan buku yang telah kubaca bahkan konten yang sudah ku tonton di beberapa platform, bahwa sesungguhnya kedewasaan bersumber dari cobaan hidup yang datang. Jika kita bisa menghadapinya dan masih bertahan maka kita akan semakin bertumbuh. Benarkah aku bertumbuh? Saat ku ingat lagi, saat hubunganku yang terakhir kalinya harus kandas, aku justru menangis berahari-hari dengan sangat kencang seperti anak kecil yang tidak dibelikan mainan oleh orang tuanya. Bukankah itu justru menjadikanku terlihat semakin lemah? entahlah, aku juga tidak pernah mengerti mana sebenarnya yang benar.

Aku sempat berpikir, haruskah aku pergi meninggalkan kota ini? terlalu banyak kenangan di kamar ini saat mantan pacarku masih sering menghubungiku, aku terasa akan sulit melanjutkan hidupku jika semua hal masih mengingatkanku padanya. Terlebih lagi saat itu aku masih sangat menyukainya. Namun kuakui saja aku sudah terlalu nyaman dengan gaji yang tetap, kamar nyaman dan relasi yang cukup banyak disini. Jadi sepertinya kembali ke kota kelahiranku bukan merupakan pilihan yang tepat namun hanya emosi sesaat. Belakangan ini, ibuku sakit, itu juga membuatku sangat kawatir, jika aku pulang ke kota kelahiranku, mungkin aku bisa lebih mudah merawat ibuku jika kondisinya sedang tidak baik-baik saja. Ibuku sangat aneh, saat dia sakit maka dia akan meminta ayah maupun adiku untuk tidak memberitahuku. Namun, saat aku yang sakit, dia sudah mengetahuinya tanpa aku perlu memberitahu siapapun, maka pada saat itu juga, panggilan telepon akan hadir di tengah aktivitasku. Ibuku adalah separuh hidupku, dan biasanya paruh hidup lainnya adalah pasanganku. Bagaimana jika keduanya dalam masalah? maka tak ada satupun kebaikan dunia yang dapat kupandang baik. Aku akan menggila dan tidak menerima keadaan.

Penulis buku ini tidak dapat diandalkan, hahaha, karena tak ada satupun tulisannya yang tak mengandung pertanyaan, kurasa pembaca akan bingung dan segera menghentikan bacaan berikutnya. Aku merasakan hambarnya hariku belakangan ini dan tak ada lagi semangat untuk melakukan hal-hal luar biasa. Semuanya seperti terperangkap dibawah langit mendung yang gelap. Cahaya mentari terang itu pun enggan untuk hadir menghangatkan belakangan ini. Mungkinkah hati yang terasa hambar ini menemukan rasa baru yang unik dan membangkitkan gairahnya?. Mari kita lihat ada bagian indah apa yang akan terjadi kedepannya. Masalah demi masalah tak kunjung berhenti, ambisi yang tinggi namun selalu tercekik oleh kelemahan. Itu membuatku saat ini merasa tidak perlu lagi terlalu mengorbankan diri untuk sesuatu yang mungkin tak pernah menghargai pengorbanan itu, kecuali aku memang menikmati proses itu, hahaha. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar