Empat hari libur bisa terasa begitu cepat hanya dengan maraton menonton drama yang sedang populer. Aku hanya ingin bersantai dan memaknai setiap tontonanku dan menemukan makna dibaliknya. Kisah pada drama itu menunjukan bagaimana kehidupan setelah kematian. Setelahnya, ditujukanlah manusia-manusia yang sudah mati ke surga atau neraka tergantung dari perbuatan semasa hidup mereka. Bahkan drama itu juga menunjukan bagaimana reinkarnasi juga berlangsung. Aku penasaran seperti apa kehidupanku pada jaman dahulu. Sudah berapa kali kah aku terlahir ke dunia? Siapakah aku di kehidupan sebelumnya? Pada saat mengikuti ritual di Bali, aku sering terkaget saat ritual pemanggilan arwah manusia yang baru meninggal dan bayi yang baru lahir dilakukan. Biasanya arwah itu dipanggil untuk menjelaskan siapa mereka di kehidupan sebelumnya, kaitannya dengan keluarga mereka saat ini dan apa permintaan mereka agar pergi dengan tenang atau menghadapi kehidupan baru dengan baik. Pada saat upacara untuk anak balita, pendamping arwahku di kehidupan sebelumnya dipanggil, dan ia berbicara, menurut cerita nenek dan ibuku, dulunya aku adalah nenek dari ayahku yang paling dia sayangi. Itu kenapa aku meminta kepada dewa untuk lahir kembali sebagai anaknya karena katanya aku begitu mengasihi ayahku yang dulu adalah cucuku. Pantas saja, sedikitpun aku tidak pernah mendengar ayah memarahiku dengan nada tinggi. Dia hanya akan menegur dengan halus. Jika anak-anak lainnya mengatakan mereka memiliki ayah yang galak, maka sangat berbeda dariku. Ayahku begitu lembut, aku seperti tuan putri dan sahabatnya. Jika aku pulang ke Bali aku bahkan bisa dengan manja meminta ayah untuk menggendongku. Tulang punggungnya sudah tidak sehebat dulu, tetapi dia tetap mau melakukannya untuk aku. Ini sangat lucu bukan. Jika kondisi ayah sedang tidak baik seperti saat ini, maka hancurlah seluruh perasaanku. Saat menentukan seorang kekasih aku selalu memohon pada Tuhan agar dihadirkan kekasih dengan usia yang tidak jauh berbeda denganku paling banyak setidaknya 5 tahun lebih tua karena aku ingin anak-anak ku bisa merasakan kasih sayang anaknya dalam waktu yang lama. Aku juga tidak ingin menikah dalam waktu yang terlalu tua agar aku bisa menyaksikan anak-anak ku bertumbuh dengan baik, aku berharap tidak meninggalkan anak-anak ku di dunia di usia muda mereka. Aku ingin menjalani kehidupan yang indah dengan anak-anak ku. Tentu memiliki seorang anak saja tidak semudah itu, banyak biaya yang harus ditanggung, namun aku cukup percaya diri karena aku telah banyak berinvestasi pada usia mudaku, ku yakin akan mendapatkan pekerjaan dengan mudah dengan berbagai keterampilan yang ku miliki. Saat muda dulu mungkin aku begitu bodoh menyia-nyiakan kesempatan mengasuh seorang anak, namun saat ini aku sangat menginginkannya. Apakah dengan memiliki bayi yang lucu hidupku tidak akan kesepian lagi? Jika di kehidupan saat ini aku ditakdirkan bersama orang lain, apakah mungkin di kehidupan selanjutnya aku menjadi istri pria mata imut, gigi kelinci itu? atau mungkin kehadirannya yang sesaat di kehidupanku saat ini untuk membalas karma kami di kehidupan sebelumnya, yang artinya aku dan dirinya pernah bertemu sebelumnnya. Andaikan teknologi semakin canggih dan bisa mendeteksi itu semua, aku sangat ingin mengetahui seperti apa pertemuan kami sebelumnnya.
Tidak ada yang dapat dituntut, menonton drama itu juga memberikan peringatan bahwa sebagai manusia tidak ada hak untuk memohon ini dan itu, memohon kepada Tuhan agar permintaan kita dikabulkan juga suatu hal yang salah. Kebenaran yang harus dijalani adalah berdoa dan menyatakan bahwa segalanya telah diterima dengan penuh syukur. Atas semua kejadian baik dan buruk yang datang pada kehidupanku. Sebagai manusia biasa, aku adalah ratu mengeluh, setiap keluhanku membuat orang-orang di sekitarku merasakan beratnya seribu ekor gajah. Bagaimana mungkin dadaku selapang itu? jika aku berperan sebagai seseorang yang menjalani drama kehidupan itu, maka aku akan berdoa dan mengatakan pada Tuhan : "Tuhan, ini aku, hambamu yang penuh dosa namun tidak pernah sehari pun aku melupakanMu. Aku sudah sering terperangkap pada keinginan duniawi yang semu ini. Bahkan hingga hari ini masih banyak keinginan-keinginan duniawiku yang kuingin engkau mengabulkannya. Tuhan, aku ingin berterima kasih untuk setiap orang yang Kau pertemukan padaku di kehidupanku saat ini. Aku sungguh berpikir engkau luar biasa karena saat mempertemukan aku dengan calon pasangan, selalu kau hadirkan orang yang lebih baik dan semakin baik. Meskipun hubunganku selalu tidak berujung pada pernikahan tetapi aku belajar banyak dari setiap laki-laki itu, aku memaknai setiap pertemuan itu. Ingatkah Engkau Tuhan, saat mempertemukan aku dengan cinta pertamaku? dia telah menemaniku yang jauh dari orang tua hingga lulus di pendidikan sarjanaku, dia bahkan membantuku saat proses pembuatan prototype di setiap tugas kuliah yang sulit dan bahkan telah membantuku merancang website untuk proyek magisterku. Lalu ingatkah engkau pada lelaki yang berasal dari negeri sakura itu? Dia memberikan semangat baru dengan menemaniku merancang penelitan magisterku hingga aku sidang dan menyiapkan jurnal untuk publikasi internasional, semangatnya dalam bekerja telah ia tularkan padaku. Lalu ingatkan Tuhan pada pria keempat yang berasal dari Mongolia itu? dia telah membantuku sembuh dari cidera lengan kiriku dengan metode terapi di gym yang efektif, tangan kiriku tidak selemah sebelumnya, bahkan sudah hampir sembuh sepenuhnya bahkan aritmiaku berkurang karena metode latihan di gym yang selalu dia ajarkan padaku. Adapun lelaki keempat dengan visual imut yang kudambakan, cerdas, memiliki jiwa yang menenangkan dan bisa menjadi apa saja sesuai dengan kondisi yang kubutuhkan, bahkan aku sempat berpikir bahwa lelaki negeri ginseng ini adalah yang terakhir yang kau hadiahkan dalam hidupku, sayangnya lagi-lagi kau hanya ingin aku memetik pelajaran darinya. Namun, tenang saja Tuhanku, dia lelaki hebat yang telah membuatku menerbitkan buku pertamaku, buku kumpulan puisi yang mencermikan semua kekawatiran kehidupan. Aku sudah bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik karena rasa cintaku padanya, dia memberikan banyak nasihat yang menjadi kekuatan untuk aku menjalani kehidupan selanjutnya. Aku sangat yakin semua perkataan dari pria imut itu bersumber dari bisikanMu yang ingin menyampaikan pesan kepadaku. Betapa bahagianya aku ya Tuhan, karena hadiahMu selalu datang tepat pada waktunya dan memberikan hal-hal positif terlepas banyaknya air mataku yang juga harus menetes di waktu perpisahan kami”.
Jika aku di akhirat nanti, kurasa bagian dari diriku yang mengandung kenangan buruk, penyesalan dan kesedihan tidak akan muncul seperti adegan di drama itu, karena aku sudah belajar memaafkan bagian kisah-kisah sedih dan pencobaan itu dengan menulisnya menjadi karya. Aku akan terus berharap Tuhan memberikan kekuatan lagi dan lagi tanpa henti sehingga seberapa besarpun masalah yang menunggu di ujung jalan kehidupan, aku masih punya sisa-sisa napas kehidupan yang kuat. “Tuhan, aku mengasihimu dengan segenap hatiku. Ampuni hambaMu yang tidak pernah lepas dari dosa ini dan bimbinglah aku”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar