Melemah, bertahan, kuat lalu melemah lagi begitu juga dengan seterusnya. Sebagaimana banyaknya aku mengoceh tentang niatku bertahan, rayuan untuk menyerah di dalam diriku juga sudah menggunung. Bagi sebagian orang, aku adalah orang yang terlihat seperti tidak punya pendirian. Aku ingin terlihat kuat untuk keluargaku namun tak jarang aku mengeluh pada mereka. Ada kalanya bahkan mengangkat panggilan video dari ibu saja aku ketakutan, hatiku berdebar jika ibu sudah mulai membandingkan aku dengan anak-anak lain seusiaku yang lebih sukses dan bisa memberikan banyak uang untuk orang tuanya. Kurasa memang banyak kebutuhan keluarga yang belum bisa kubantu. Beginikah caraku menghargai orang tua yang banting tulang untuk kehidupanku dulu?
Bahkan kelomang dan bunglon memiliki cara untuk berlindung dari lingkungannya, aku justru beberapa kali berpikir untuk mengakhiri semuanya. Sungguh kelomang yang berharga, dia kecil namun kuat, tidak seperti diriku yang selalu menyerang diri sendiri. Membiarkan diri sebagai umpan, terluka dan terluka lagi. Membiarkan orang lain salah paham tentang diriku, terluka dan terluka lagi. Menghindar dari kenyataan dan menghilangkan diri dari dunia tidak akan berujung pada ketenangan. Kata pendeta Hindu, arwah kita akan berada dalam kegelapan selama ribuan tahun dan sulit reinkarnasi. Tentu aku benci kesepian dan kebingungan, maka aku tak bisa melakukan itu. Saat ini aku hanya ingin menyanyikan lagu-lagu sendu dalam berbagai bahasa, lalu menangis sekencang-kencangnya seperti yang biasa kulakukan. Setelahnya aku biasanya akan merasa lebih baik. Namun, aku juga berharap disaat adegan sendu ku berlangsung, ada malaikat Tuhan disampingku, karena jika disampingku adalah iblis, dia pasti akan membisikan sesuatu yang menjerumuskanku ke tindakan berbahaya. Apakah cukup memanggil para malaikat dengan berdoa sebelum menyanyikan lagu sendu sambil menangis?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar