Siapa yang akan peduli ketika kita masih memiliki luka yang tertanam?, tak akan ada satupun yang ingin mengerti itu semua. Ketika bercerita pada orang lain, itu bahkan seperti formalitas. Sungguh tidak mungkin jika mereka dengan sungguh-sungguh mendengarkan dan dengan tulus memberikan masukan yang membangun. Seperti itulah dunia bertopeng sedang bekerja. Meskipun senja berganti fajar pada akhirnya hanya aku dan diriku sendiri yang sedang mencoba memahami diriku sendiri. Berdiri dibalik jutaan makna yang masih harus dicari, diselidiki dan didapatkan. Merenung sendiri dan membedah isi pikiran itu sendiri. Menangis, bangkit lalu merenung lagi. Namun dapat dikatakan itu bukanlah sebuah gangguan jiwa melainkan proses menuju penerimaan, mungkin setelahnya aku akan mendapat karunia dada yang lapang dan hati seluas samudra. Namun siapakah aku yang harus berusaha bijak dan bisa mengendalikan semuanya? Aku bukan orang terpandang, orang terkenal, orang kaya ataupun motivator hebat. Aku hanya orang biasa yang memikul banyak pertanyaan dalam keresahan. Patutkah pemikiranku didengar? Adakah hikmah yang orang lain dapat ambil dari sebuah kisah yang ditulis apa adanya?
Aku mengenal seorang sahabat baru yang bercerita tentang keingan orang tuanya untuk segera memiliki cucu darinya. Mengapa dia bercerita sampai sedetail itu? Padahal aku hanya menanyakan apakah kedua orang tuanya mendukung jika dia berkencan dengan warga negara asing. Sebenarnya aku sedikit bingung mengaitkan jawaban dan pertanyaan itu, hahaha. Benar saja, di usianya itu memang seharusnya dia sudah menemukan pasangan yang tepat. Pasangan yang bisa dia kenalkan kepada orang tuanya. Kudengar ada beberapa orang tua yang berpandangan jika sang anak dan calon menantunya saling menyukai maka sudah tidak ada lagi alasan seorang ibu untuk tidak menyukai calon menantunya. Hahaha. Kita jadi seperti dua orang yang sedang berkencan buta dan ingin saling mengenal. Aku tidak terlalu memikirkan hal-hal jauh dari pandangan, hal terpenting sekarang hanyalah aku memiliki teman obrolan untuk menemani hari-hariku nan sepi. Manusia dengan titisan jiwa seni sepertiku harus terus memiliki sumber inspirasi di sampingnya karena hanya dengan hal itu aku bisa bertahan hidup lebih lama. Gairah tak tersalurkan karena hidup dipenuhi kehampaan akan mempercepat umurku di dunia. Jika bisa dikatakan, sesungguhnya gairahku hanya ingin bahagia melalui hal-hal unik dari ide kepala, dimana ide tersebut dapat terimplementasi.
Berbicara mengenai pemikiran orang lain, apakah mereka akan menyukai perbuatanku saat ini sudah tidak ada artinya lagi. Aku benar-benar cuek dan hanya memperhatikan keinginan hatiku saat ini. Aku akan terus mengumpulkan semua benih-benih semangat itu menjadi kreativitas lalu mengunggahnya sesuka hatiku. Sabda dari semesta dan isyarat-isyarat aneh lainnya selalu muncul dalam benak dan pikiran di saat-saat yang tak terduga. Sekarang bukan umurku lagi untuk menahan semuanya, sekarang adalah saatnya mengeluarkan semua potensi dalam diriku. Tak peduli se-random apa isinya. Jika semesta bisa mendengar teriakan dalam diriku, aku akan mengatakan "ini aku, ambilah diriku serta semua pernak-pernik yang ada dalam diriku, inspirasiku semua berasal dari semesta dan Tuhanku, kuserahkan semuanya dan pakailah". Sebagian manusia di sekelilingku mungkin akan berpikir dan bertanya tanya. Darimana dia mendapatkan pemikiran itu? Mengapa dia sangat arogan? Memang dia sudah sehebat apa hingga berlagu menggurui?. Maka aku hanya akan diam dan akan membalasnya dengan beberapa tindakan-tindakan yang tak terduga. Manusia-manusia di dunia ini tercipta dengan potensi berbeda-beda, mungkin mereka akan merekah dengan menggenggam sejuta teori pemikirannya, sebagian lain akan pontang-panting dengan berbagai tindakannya. Lalu manakah jawaban paling benar?. Tidak ada yang paling benar, tidak ada yang paling absah. Semuanya akan tetap abstrak karena keduanya saling membutuhkan. Tanpa teori, tidak ada patokan untuk pelaksanaan nyata, tanpa pelaksanaan nyata, tidak akan ada penemuan teori baru yang lebih agung dan dapat menyelesaikan kekurangan teori sebelumnya. Biasanya itu diperoleh dari hasil mengamati, menelaah, mengkritisi dan membayangkan kemungkinan sebab akibatnya. Inspirasi kontenku biasanya berasal dari kegiatan rutin, pertemuan dan obrolan dengan beberapa orang, tontonan menarik, bacaan dan hasil perenungan. Aku akan terus membuatkan catatan sampai aku bosan. Peningkatan itu terjadi setidaknya ada 1-2% dalam satu hari. Semakin memahami titik lemahnya dan semakin mendalami keunggulannya, berulang sampai pemikiran sudah buntu dan tidak lagi menemukan titik baru untuk diolah. Namun kembali lagi gairah itu akan muncul jika ada seorang pendamping penenang jiwaku, dimana aku bisa bercerita tentang hariku dan pemikiranku di waktu tertentu. Jika dikatakan ketergantungan, maka aku akan mengakui itu sangat benar adanya. Kehadiran itu sudah seperti zat adiktif. Aku tidak tahu apa rasanya, hahaha. Namun dari beberapa sumber mengatakan zat itu, memberikan kenikmatan diawal dan akan menyiksa dikemudian harinya. Benar saja, kehadiran seseorang bagai zat adiktif itu sudah beberapa kali terjadi dalam hidupku, bahkan dampak negatif itu pun sudah terjadi dalam hidupku. Sungguh tidak bisa dipungkiri, tak perlu dicari kesamaannya karena memang begitu mirip. Kehadiran Tuhan sangat berperan di era ini, agar kita menyadari bahwa karma itu akan terus berjalan dan roda terus berputar. Jika kita menyakiti maka kita juga akan disakiti, jika kita membohongi maka kita juga akan dibohongi, jika kita meninggalkan kekacauan di benak orang lain maka kekacauan tanpa sebab juga akan muncul di pikiran kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar