Tak ada yang lebih menyenangkan dari merasa dicintai, ditatap dengan dalam dengan senyum sumringah. Itulah cinta yang sebenarnya, binar mata keseriusan, ada kekawatiran namun juga harapan.
Kau tau bagaimana tatapan itu seolah berkata padaku?
Jika bisa kujabarkan seperti ini…
“Hai.. kamu sangat lucu dan menarik untuku”
“Oh mengapa kamu melemparkan senyum itu padaku, kalau begitu baiklah aku juga akan membalasnya dengan sepenuh hati”
“Oh.. aku sungguh berharap bisa mengerti semua yang kamu katakan”
“Andaikan aku punya banyak waktu, aku ingin banyak mengobrol denganmu”
“Oh.. aku kawatir orang lain akan mendekatimu”
“Lihat kemari.. ini ciumanku, terimalah dengan sepenuh hati”
“Aku berharap padamu, jangan tinggalkan aku”
Begitulah perasaanku saat melihat tatapan itu.
Ini tidak mudah sama sekali, ini menyiksa sebagian jiwaku. Aku seperti menjalani hari dengan jiwa yang cacat. Jika kukatakan aku sakit jiwa, itu sangatlah berbeda, aku baik-baik saja. Kerinduan, rasa yang belum selesai, menyelimuti hati dan hari-hariku.
Terkadang aku kuat terkadang aku lemah bahkan saat jiwaku melemah kondisi tubuhku semakin memburuk. Semalampun aritmia itu datang lagi dan menyiksaku, dimimpiku aku sudah berpamitan dengan semua keluargaku, namun aku tidak bisa pergi karena pasporku ternyata hilang. Mimpi itu seperti mimpi buruk tapi juga anugrah. Artinya aku masih diberikan kesempatan untuk meneruskan hidupku.
Orang baru akan selalu datang, ditambah suatu kondisi betapa populernya aku. Mereka memanggilku tuan putri, si imut, si periang dan aku bahkan mendapat julukan people pleasure karena saking baik hatinya aku dimata mereka. Hanya saja itu semua seperti lelucon bagiku. Perempuan baik hati ini tidak pernah bisa bertahan dan pengertian pada seseorang yang dicintainya. Semuanya selalu berantakan, dia bahkan tak bisa mempertahankan hubungannya. Setiap malam hanya menangis di jam tertentu karena tidak sanggup menahan rindu. Tidak semua bisa berjalan dengan lancar dan tidak semua cerita berakhir dengan bahagia.
Pikiran buruk selalu meracuniku dan bertanya-tanya “apakah aku tak cukup baik?”, “apakah aku tak pantas untuk dicintai?”. Mengapa tak ada ampun untuk aku? Mengapa mereka tak mendidik aku menjadi memiliki pemahaman yang lebih baik sehingga kesalahpahaman todak selalu menghampiri kehidupanku.
Dan kali ini pun aku ingin berdoa :
“Tuhan, seperti apakah hidup yang sejati itu?, apakah engkau sudah menerima pertaubatanku? Apakah aku masih pantas untuk menyebut namamu setiap harinya?, aku pernah berdoa agar suatu hari menemukan jawaban atas keresahanku pada karirku dan masalah finansial, saat itu aku berdoa dengan tulus dan kau mampu menjawab doa-doaku, semua terselesaikan, lalu datang lagi masalah kesehatan yang menghantuiku setiap malam hingga membuatku terus terjaga seperti orang yang tidak mempunyai harapan, namun ternyata hingga malam ini kau izinkan aku tetap bernapas. Kisah asmara yang selalu gagal namun mendewasakan aku, tetapi mengapa aku masih selalu merasa kurang dan tidak tahu diri, pantaskah aku disebut anakMu? Aku yang selalu menggantungkan kehidupanku dengan keberadaan pendamping yang kuidamkan. Namun aku selalu merasa ada yang kurang setiap kau menghadirkan seseorang dalam kehidupanku, bahkan kau menghadirkan lelaki bak mutiara yang sudah berhasil membuatku melekat dan jatuh cinta sejatuh jatuhnya tapi kemudian masalah dan kesalahpahaman datang silih berganti. Pada akhirnya aku begitu kelelahan, hampa dan kecewa. Siklus itu datang berulang kali sampai aku hampir kehilangan jati diriku dan tak dapat memisahkan mana itu Cinta dan mana itu Dosa. Tuhan jika kau berikan aku umur dengan beberapa syarat, aku sungguh tak masalah jika aku bekerja bagaikan malaikat di bumi yang kali ini penuh dengan kejahatan, kebimbangan dan kekacauan, asalkan aku ingin memohon, berikan aku umur panjang dimana suatu hari aku bisa menikah, memiliki anak, melihat anaku menikah dan menjalani hari-hari dengan pangeranku yang kucintai. “
Tidak ada komentar:
Posting Komentar