Sabtu, 21 Juni 2025

Damainya Kata Damai

 Adiku membagikan beberapa konten lucu ke sosial mediaku, seperti yang biasa dia lakukan. Sehari-hari mengumpulkan rupiah demi rupiah mengambil pekerjaan freelance namun sembari dia menunggu klien dia akan mengirim konten padaku. Setelah konten itu sampai padaku, dia mengatakan, ayo kita habiskan uang kita, ayo kita berbahagia, lakukan hal-hal yang ingin kita lakukan sekarang sebelum semuanya terlambat, perang dunia ke-3 akan datang. Awalnya aku tidak mengerti apa maksudnya, setelah aku mendapatkan banyak berita, aku lalu bisa mengerti. Tentu aku menjadi sedikit kawatir, apakah kemungkinan tersebut akan terjadi. Di pikiranku, hanya ingin  kedamaian, tak bisakah kita saling berdamai sesama penghuni bumi? harus berapa banyak lagi korban yang berjatuhan? Aku begitu takut dengan isu seperti itu sampai mendengar beritanya saja terkadang aku enggan. Bagiku tak ada yang bisa dilakukan selain berdoa. Tak mungkin bila Yang Maha Kuasa tak mendengar itu semua. Rintihan ketakutan setiap penduduk yang terserang gempuran. Mereka merintih pada setiap luka dan kehilangan. Bayangkan satu persatu keluarga dan rekan mereka pergi meninggalkan mereka. Inikah tanda akhir jaman seperti yang disebutkan pada kitab-kitab suci?

Ahimsa yang artinya tidak membunuh, menyakiti manusia lainnya. Bukankah sangat indah jika hidup saling berdampingan? menerima kekurangan dan saling melengkapi? dengan perdamaian kita bisa memikirkan hal-hal strategis untuk kemajuan yang lebih stabil, dengan perdamaian tak ada kecemasan di wajah setiap orang, dengan perdamaian setiap orang bisa berekspresi, dengan perdamaian kasih sayang bisa dirasakan dimana-mana, dengan perdamaian langit tetap jadi biru dan cantik, dengan perdamaian setiap insan bisa menelaah arti kehidupan dengan kacamata yang lebih luas. Kata yang sangat sederhana namun indah "Damai". Mungkin sebagai individu, aku belum bisa mengatakan bahwa diriku sepenuhnya sudah merasakan kedamaian itu, tapi maksudku disini adalah arti damai dalam kesatuan sebagai sesama penghuni bumi yang agung. Ku yakin ibu pertiwi pun menangis melihat semua pijakan yang ia topang penuh dengan perseteruan merengggut nyawa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar