Jumat, 30 Mei 2025

Kesimpulan Terburuk

 Keindahan hari ini adalah saat bertemu dengan sahabat perempuanku di perjalanan S1, aku begitu menyukai si cantik ini. Aku rela mengambil cuti dari pekerjaan kantor hanya untuk bepergian seharian bersamanya.

Dia seorang introvert namun entah mengapa, ketika bersamaku, ia tampak selalu bersemangat . Aku bersyukur kita bisa bepergian hari ini.

Sahabatku yang manis dan berhati bersih, selalu mentaati aturan bahkan memberikan hal lebih. Dia bercakap denganku hari ini, menceritakan semua hal mengenai pekerjaannya. Dia bahkan tetap membalas chat pekerjaannya saat kita makan siang. Sushi, ramen dan teppanyaki begitulah kami mengisi perut di siang nan panas.

Tuhan, aku selalu bersyukur atas setiap orang yang kau izinkan hadir dalam hidupku. Mereka begitu berarti dan bisa memahamiku. Tapi, mengapa aku tetap sering resah dan mengharapkan seseorang yang telah melangkah pergi meninggalkan aku. Dia yang telah melupakan janjinya untuk terus bersamaku dan tak akan meninggalkanku. Masih pantaskah aku mendapat kesempatan darinya? Masih berartikah dia untuk kutunggu?

Pada sahabat mungilku ini pun aku terus bercerita tentang lelaki itu. Tuhan, ku yakin kau pasti cemburu karena tak ada topik lain yang kubahas dalam doaku. Pasti hanya tentang dia, lelaki yang pernah sangat berarti.

Apakah rasa cintanya pernah sedalam rasa cintaku juga?

Tuhan, langkah kakiku begitu lemah belakangan ini, setelah semua kesalahpahaman yang terjadi. Aku tak berdaya dan tak mampu membuatnya bertahan bersamaku.

Jika dia resah, mohon sampaikan padanya bahwa ini semua salahku. Dia yang selalu mengajariku untuk tidak berpikir berlebihan dan segera tidur. Semoga dia dapat melakukan sesuai yang dia sering katakan padaku agar diam-diam kekuatan juga datang padanya.

Tuhanku, aku sangat bersemangat menerbitkan buku pertamaku karena mendapat motivasi darinya. Jiwaku memang selalu serasi dengan sosok yang membuatku jatuh cinta di waktu tertentu, dan kini pria senyum kelinci bermata imut itulah pemenangnya. Namun, aku sangat takut. Jika rasaku padanya perlahan memudar karena cinta yang bertepuk sebelah tangan ini, akankah aku masih bersemangat menulis? Bagaimana jika ada pria lain dengan pribadi dan kebiasaan berbeda yang pada akhirnya  menemani hariku? Akankah aku masih mempunyai kekuatan untuk mencurahkan perasaan? Atau mungkin hanya kemalasan yang datang menghampiri seperti aku pada mulanya sehingga aku tidak bisa menerbitkan karya buku ke-dua.

Tuhanku, bisakah dia datang dan tinggal di Bali bersamaku? Aku ingin tetap memanjatkan doa di Pura keluarga besar bersama sosok lelaki ini di sampingku. Apakah doa ini bisa menjadi sebuah keajaiban?

Tuhan… senyumanku begitu indah saat bersamanya. Akankah itu akan terjadi jika aku bersama orang lain? Atau aku hanya akan hidup dengan bayang-bayangnya? Mengapa aku tak bisa menghilangkan dia dari pikiranku sedikitpun. Aku yang bahkan sadar diri bahwa ini cinta bertepuk sebelah tangan yang terlalu ku paksakan.

Saat siang nan panas aku bersama sahabat mungilku menyusuri salah satu tempat unik.

Tempat itu sangat sepi, aku membayangkan dengan imajinatif, mungkinkah aku bisa menyusuri jalan ini dan berciuman dibalik tembok dengan suasana yang sepi seperti hari ini? Itu pasti sangat menyenangkan.

Saat kami menonton film yang sedang hits kali ini, aku hanya termenung dan membayangkan tokoh calon ayah di film itu adalah dirinya. Betapa serunya, melihat mereka saling menjaga dan menunggu buah hati mereka lahir.

Aku sangat serakah, aku benar-benar arogan dan tidak tahu malu atas semua dosa-dosa yang pernah kulakukan.


Tapi Aku,

Bisa memastikan bahwa akhir hubungan kami hanyalah karena kesalahpahaman dan keterbatasan bahasa. Jika saat itu kami langsung saling bertatap dan memandang ekspresi satu sama lain yang penuh gelora asmara. Kuyakin ini semua tidak akan terjadi. Namun sayangnya, dia tidak membiarkan kesempatan itu terjadi pada kita. Dia tidak memberikan kesempatan untuk ku. Hingga akhirnya pikiran buruk di kepalaku muncul, bahwa dia memang menyiapkan skenario ini karena ada perempuan lain yang ingin dia kejar. Begitulah sifat lelaki yang bosan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar