Minggu, 27 April 2025

Dari Panti Asuhan hingga Panggung Kehidupan: Semua Karena-Mu

 Tuhan…
Apakah kabar yang Ibu sampaikan kepadaku, bahwa dia baik-baik saja, benar begitu adanya?
Aku mencintainya dengan segenap jiwaku, dan aku merindukannya setiap saat.
Jarak kami hanya sebatas waktu satu jam,
tapi aku merasa seperti sangat jahat padanya.
Tuhan... bisakah Ibu bertahan sampai dia melihat cucunya nanti?
Dia telah terlalu banyak berjuang dengan pekerjaan yang menguras tenaga sepanjang hidupnya.
Tolong kuatkan punggungnya, lututnya, dan otot-ototnya yang lain.
Jika Ibu menemukan kesulitan, aku memohon, kirimkan malaikat-Mu untuk menjaga Ibu tetap damai di bumi.

Tuhan…
Saat aku lulus SMP, aku memilih bersekolah di pulau yang berbeda, karena aku sedikit jenuh dengan suasana rumah.
Apakah saat itu aku egois, Tuhan?
Tapi kupikir temanku, April, yang saat itu pergi bersamaku, juga sama egoisnya denganku.
Bagaimana kami meninggalkan rumah di masa remaja kami?
Kami mengajar tari Bali di panti asuhan dengan baik, Tuhan…
Anak-anak di sana sangat bahagia.
Kebanyakan dari mereka adalah korban tsunami, korban kerusuhan, dan banyak yang sudah kehilangan orang tuanya.
Aku bahagia karena Tuhan memberikan kesempatan untukku mengajarkan mereka tak hanya koreografi tari,
tetapi juga beberapa kali membantu mereka mengerjakan pekerjaan rumah.
Masihkah mereka bisa makan dengan baik, Tuhan?
Aku tidak bisa memantau kondisi anak-anak ini sekarang, tapi bolehkah aku meminta pada-Mu?
Bolehkah Kau berikan berkah pada mereka? Kumohon, jaga mereka agar bisa tetap makan dengan baik, apapun yang terjadi.
Jadikan anak-anak di panti itu tumbuh menjadi pribadi yang dapat diandalkan di masa depan.

Saat SMA, teman-temanku sudah lebih banyak.
Dan mereka adalah teman-teman yang sangat tulus.
Mayoritas dari mereka Muslim, dan untuk pertama kalinya aku menjadi minoritas saat tinggal di Pulau Jawa.
Engkau tahu, ini sangat berbeda 180 derajat dibandingkan di Bali, di mana mayoritas penduduknya adalah Hindu.
Tapi mengapa saat di Bali aku tidak punya banyak teman yang mendukungku?
Sedangkan di Jawa, teman-teman Muslimku sangat baik hati?

Saat SMP di Bali, aku mengenakan pakaian yang cukup ketat dan rok pendek,
tetapi di Jawa pakaiannya sangat longgar dan panjang.
Ini karena dalam Islam, menjaga aurat adalah hal utama.
Namun aku takut dengan perempuan Muslim yang menjaga aurat, namun berselingkuh dari suaminya.
Untungnya aku tidak menemukan itu saat SMA.

Tuhanku yang Maha Baik…
Tahukah Engkau, aku tidak menyangka sudah melewati masa-masa SMA yang menurutku sangat sulit.
Kondisinya, aku seharusnya masih memerlukan pengawasan orang tua, tapi aku jauh dari mereka.
Seharusnya aku bisa makan masakan Mama setiap hari,
tetapi aku harus makan di panti asuhan, dan beberapa kali kehabisan makanan.
Di Bali, biasanya aku bangun jam 6 pagi, di Jawa aku harus bangun jam 5 pagi.
Bahkan pernah suatu hari saluran air di panti mati,
dan kami harus pergi ke sungai di pagi buta untuk mandi.
Aku tidak takut pergi di kala gelap seperti itu,
yang aku takutkan adalah ada laki-laki jahat yang mengintip kami, para perempuan, saat mandi.
Tapi aku sudah melaluinya, Tuhan. Itu hebat, bukan? Itu semua berkat Engkau yang bersamaku.

Pemilik panti mengatakan pada Ibu, bahwa tidak perlu khawatir pada kehidupanku saat mengajar di panti asuhan.
Tapi jika Ibu mengetahui beberapa hal, kupikir dia tidak akan berhenti khawatir.

Tuhan, betapa kuatnya Engkau menjagaku,
hingga aku bisa mengikuti berbagai ekstrakurikuler.
Mengapa saat itu aku ingin mencoba banyak hal, Tuhan?
Mulai dari tari tradisional, cheerleader, tari modern, drum band, bantara pramuka, hingga jurnalistik, di tengah kesibukan belajar.
Dimanakah aku mendapatkan kekuatan itu, jika bukan dari-Mu?

Aku selalu tersenyum dengan leluasa saat itu.
Bisakah hariku saat ini sebebas masa SMA itu?
Saat itu, aku bahkan sambil bekerja sebagai model runway.
Dan saat pemilihan duta sekolah, aku menjadi duta wanita terfavorit pilihan ribuan siswa.
Bagaimana mereka bisa memilihku?
Apakah mereka benar-benar mengetahui keberadaanku?
Atau hanya karena pertunjukan bakat dan pidatoku saja?
Atau karena aku bisa menjawab pertanyaan juri dengan bahasa Inggris?

Ini terdengar seperti sombong, bukan?
Tuhan, aku tidak sedang menyombongkan semuanya,
aku hanya mengulas kembali setiap keajaiban yang Kau datangkan di setiap langkah kehidupanku.
Di saat aku meminta, mencari-Mu, dan berdoa,
Engkau selalu menjawabnya dengan cara-cara tak terduga.

Aku ingin mengenang semua kebaikan-Mu melalui tulisanku.

(dk)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar