Tuhan…
Apakah kabar yang Ibu sampaikan kepadaku, bahwa dia baik-baik saja, benar begitu adanya?
Aku mencintainya dengan segenap jiwaku, dan aku merindukannya setiap saat.
Jarak kami hanya sebatas waktu satu jam,
tapi aku merasa seperti sangat jahat padanya.
Tuhan... bisakah Ibu bertahan sampai dia melihat cucunya nanti?
Dia telah terlalu banyak berjuang dengan pekerjaan yang menguras tenaga sepanjang hidupnya.
Tolong kuatkan punggungnya, lututnya, dan otot-ototnya yang lain.
Jika Ibu menemukan kesulitan, aku memohon, kirimkan malaikat-Mu untuk menjaga Ibu tetap damai di bumi.
Tuhan…
Saat aku lulus SMP, aku memilih bersekolah di pulau yang berbeda, karena aku sedikit jenuh dengan suasana rumah.
Apakah saat itu aku egois, Tuhan?
Tapi kupikir temanku, April, yang saat itu pergi bersamaku, juga sama egoisnya denganku.
Bagaimana kami meninggalkan rumah di masa remaja kami?
Kami mengajar tari Bali di panti asuhan dengan baik, Tuhan…
Anak-anak di sana sangat bahagia.
Kebanyakan dari mereka adalah korban tsunami, korban kerusuhan, dan banyak yang sudah kehilangan orang tuanya.
Aku bahagia karena Tuhan memberikan kesempatan untukku mengajarkan mereka tak hanya koreografi tari,
tetapi juga beberapa kali membantu mereka mengerjakan pekerjaan rumah.
Masihkah mereka bisa makan dengan baik, Tuhan?
Aku tidak bisa memantau kondisi anak-anak ini sekarang, tapi bolehkah aku meminta pada-Mu?
Bolehkah Kau berikan berkah pada mereka? Kumohon, jaga mereka agar bisa tetap makan dengan baik, apapun yang terjadi.
Jadikan anak-anak di panti itu tumbuh menjadi pribadi yang dapat diandalkan di masa depan.
Saat SMA, teman-temanku sudah lebih banyak.
Dan mereka adalah teman-teman yang sangat tulus.
Mayoritas dari mereka Muslim, dan untuk pertama kalinya aku menjadi minoritas saat tinggal di Pulau Jawa.
Engkau tahu, ini sangat berbeda 180 derajat dibandingkan di Bali, di mana mayoritas penduduknya adalah Hindu.
Tapi mengapa saat di Bali aku tidak punya banyak teman yang mendukungku?
Sedangkan di Jawa, teman-teman Muslimku sangat baik hati?
Saat SMP di Bali, aku mengenakan pakaian yang cukup ketat dan rok pendek,
tetapi di Jawa pakaiannya sangat longgar dan panjang.
Ini karena dalam Islam, menjaga aurat adalah hal utama.
Namun aku takut dengan perempuan Muslim yang menjaga aurat, namun berselingkuh dari suaminya.
Untungnya aku tidak menemukan itu saat SMA.
Tuhanku yang Maha Baik…
Tahukah Engkau, aku tidak menyangka sudah melewati masa-masa SMA yang menurutku sangat sulit.
Kondisinya, aku seharusnya masih memerlukan pengawasan orang tua, tapi aku jauh dari mereka.
Seharusnya aku bisa makan masakan Mama setiap hari,
tetapi aku harus makan di panti asuhan, dan beberapa kali kehabisan makanan.
Di Bali, biasanya aku bangun jam 6 pagi, di Jawa aku harus bangun jam 5 pagi.
Bahkan pernah suatu hari saluran air di panti mati,
dan kami harus pergi ke sungai di pagi buta untuk mandi.
Aku tidak takut pergi di kala gelap seperti itu,
yang aku takutkan adalah ada laki-laki jahat yang mengintip kami, para perempuan, saat mandi.
Tapi aku sudah melaluinya, Tuhan. Itu hebat, bukan? Itu semua berkat Engkau yang bersamaku.
Pemilik panti mengatakan pada Ibu, bahwa tidak perlu khawatir pada kehidupanku saat mengajar di panti asuhan.
Tapi jika Ibu mengetahui beberapa hal, kupikir dia tidak akan berhenti khawatir.
Tuhan, betapa kuatnya Engkau menjagaku,
hingga aku bisa mengikuti berbagai ekstrakurikuler.
Mengapa saat itu aku ingin mencoba banyak hal, Tuhan?
Mulai dari tari tradisional, cheerleader, tari modern, drum band, bantara pramuka, hingga jurnalistik, di tengah kesibukan belajar.
Dimanakah aku mendapatkan kekuatan itu, jika bukan dari-Mu?
Aku selalu tersenyum dengan leluasa saat itu.
Bisakah hariku saat ini sebebas masa SMA itu?
Saat itu, aku bahkan sambil bekerja sebagai model runway.
Dan saat pemilihan duta sekolah, aku menjadi duta wanita terfavorit pilihan ribuan siswa.
Bagaimana mereka bisa memilihku?
Apakah mereka benar-benar mengetahui keberadaanku?
Atau hanya karena pertunjukan bakat dan pidatoku saja?
Atau karena aku bisa menjawab pertanyaan juri dengan bahasa Inggris?
Ini terdengar seperti sombong, bukan?
Tuhan, aku tidak sedang menyombongkan semuanya,
aku hanya mengulas kembali setiap keajaiban yang Kau datangkan di setiap langkah kehidupanku.
Di saat aku meminta, mencari-Mu, dan berdoa,
Engkau selalu menjawabnya dengan cara-cara tak terduga.
Aku ingin mengenang semua kebaikan-Mu melalui tulisanku.
(dk)
Minggu, 27 April 2025
Dari Panti Asuhan hingga Panggung Kehidupan: Semua Karena-Mu
Sabtu, 26 April 2025
Jejak Cahaya-Mu di Hidupku
Tuhan...
Kini malaikat-Mu bernama Cathy, yang Engkau kirim ke bumi, sudah di surga bersama-Mu.
Dia mengidap kanker menjelang akhir hayatnya.
Tuhan... aku mungkin tidak bisa berada di samping Cathy saat menjelang akhir hayatnya. Namun aku memohon kepada-Mu, berikanlah Cathy tempat yang terindah.
Jika dia terlahir kembali, biarkanlah kami bertemu lagi.
Tahukah Engkau, Tuhan, saat dia membelikanku laptop, usiaku masih sangat muda — aku baru kelas 4 SD saat itu.
Tapi itu sungguh ajaib, di usia itu aku sudah mulai menggunakan internet untuk belajar.
Aku mulai banyak belajar tentang mengetik dan menggunakan dasar-dasar Microsoft. Bukankah itu hebat, Tuhan?
Saat SD, aku selalu mendapatkan juara 1 di kelas. Terima kasih, Tuhan.
Sehingga aku mendapatkan beasiswa dan membuat ayah serta ibuku tidak perlu mengeluarkan uang untuk membayar SPP-ku.
Terima kasih juga karena Engkau telah menganugerahiku seorang ibu yang selalu setia menemaniku belajar.
Ketika aku tidak bisa menjawab pertanyaan di buku dan bertanya kepada ibu,
ibu mengajariku dengan sabar, dan saat di sekolah, ketika ibu guru bertanya, aku bisa menjawabnya dengan benar.
Itulah yang membuat guruku tidak memiliki alasan untuk memberikan juara 1 kepada siswa lain.
Terima kasih, Tuhan, telah melahirkan aku dari seorang ibu yang pintar di bidang keilmuan dan seorang ayah yang pintar di bidang sastra.
Mereka adalah pasangan yang serasi.
Tuhan, mungkin dari atas sana Engkau melihat betapa banyaknya kegiatan yang kujalani saat SMP.
Akhirnya, aku bisa menggunakan laptop pemberian Cathy dengan maksimal sejak aku mulai kelas satu SMP.
Aku mengerjakan banyak tugas yang harus diketik, juga banyak tugas untuk berbagai ekstrakurikuler yang kuikuti.
Bahkan saat itu aku mengikuti banyak lomba.
Ini sangat menyenangkan, Tuhan. Banyak penghargaan yang kuperoleh.
Terima kasih karena Engkau telah menghadirkan guru-guru luar biasa di sekolahku:
guru Pramuka, Nyurat Daun Lontar, Tari, Jurnalistik, dan Karya Ilmiah.
Mereka adalah guru-guruku yang hebat, dan aku tahu, Tuhan, Engkau menghadirkan mereka untuk menambah pengetahuanku.
Bagaimana mungkin aku tidak bersyukur atas semua ini?
Tuhanku yang ajaib selalu berada di sisiku.
Melalui Sang Hyang Dewi Saraswati, Engkau memperkuat kehidupanku dengan pengetahuan.
Tuhan,
Lewat tangan-tangan kasih-Mu, Kau ukir jalanku setapak demi setapak.
Kau tuntun aku lewat setiap buku, setiap tugas, setiap lomba yang kulalui,
Seolah berkata,
"Jangan takut, Aku bersamamu."
Tuhan,
Aku tahu, tanpa cinta-Mu, tanpa kehadiran orang-orang pilihan-Mu,
Aku bukan siapa-siapa.
Kau kirimkan ibuku yang sabar, ayahku yang puitis,
Kau titipkan Cathy yang membukakan gerbang masa depanku,
Kau datangkan guru-guru yang menjadi pelita dalam perjalananku.
Setiap keberhasilan kecil yang kudapat,
Setiap pujian yang kuterima,
Adalah bisikan kasih-Mu yang menguatkan langkahku.
Tuhan,
Saat aku menengok ke belakang,
Aku tidak melihat perjuanganku seorang diri,
Aku melihat jejak-Mu di setiap peluh dan air mata.
Aku melihat tangan-Mu yang setia menuntunku,
Bahkan saat aku rapuh, bahkan saat aku tidak tahu jalan.
Maka hari ini, Tuhan,
Dengan segala kerendahan hatiku,
Aku berdoa:
Biar aku terus menjadi alat kecil-Mu di dunia ini.
Biar aku membawa terang,
Seperti terang yang dulu Kau titipkan lewat Cathy, lewat ibuku, lewat ayahku, dan semua yang Kau utus untukku.
Aku tahu, Tuhan,
Dalam setiap huruf yang kutulis, dalam setiap ilmu yang kupelajari,
Ada doa-doa dari surga yang membawaku ke sini.
Terima kasih, Tuhanku yang ajaib,
Atas segala cinta yang tak pernah putus.
(dk)
Tuhan, Melalui Malaikat-Mu, Aku Menemukan Kasih
Tuhan...
Aku mulai tumbuh, seperti biji yang tertanam di tanah.
Kondisi ekonomi ayah dan ibu saat itu tidak baik-baik saja.
Mereka seharusnya bisa hidup berkecukupan jika masih tinggal di Taiwan, dengan pekerjaan yang mapan.
Namun, cinta mereka dan kehadiranku membuat mereka memilih untuk berada bersama keluarga.
Ayah dan ibu bekerja di artshop, menjual berbagai kerajinan Bali untuk para wisatawan.
Tuhan, Engkau memberikanku bakat menari sejak kecil.
Tanganku secara otomatis bergerak mengikuti alunan musik tradisional Bali, rindik.
Musik itu selalu diputar di sekitar artshop untuk memberi rasa nyaman bagi yang datang.
Bagaimana Engkau bisa begitu ajaib membuatku menari, Tuhan?
Ayah dan ibu berjuang dengan berjualan, sehingga kami tetap bisa makan dengan baik.
Kami bersyukur karena para wisatawan yang membeli kerajinan dari toko kami, itulah yang menghidupi kami.
Ada seorang bule Aussie bernama Cathy yang sangat murah hati.
Dia datang setiap tahun untuk menengok keluarga kami, dan sering mengirim uang untukku.
Dia sangat menyukaiku, dulu dia dan kedua anaknya ingin membawaku ke Aussie.
Namun ibu berkata, "Neneknya pasti akan sangat marah padaku jika aku membiarkan dia pergi."
Aku adalah cucu pertama nenek yang berharga, bukankah begitu Tuhan?
Ayah dan ibu tak pernah berhenti berkirim surat dengan Cathy, karena dunia belum semodern sekarang.
Apakah Cathy adalah malaikat yang Engkau kirim?
Dia mengaku tidak memiliki agama, namun perlakuannya kepada keluarga kami begitu tulus, seperti malaikat.
Setiap tahun dia datang, membawa mainan dari Aussie.
Entah bagaimana dia bisa membawanya.
Pribadi Cathy sangat adil, dia selalu membeli mainan bukan hanya untukku, tetapi juga untuk adikku.
Jumlah yang diberikannya selalu sama, tak lebih, tak kurang.
Terima kasih, Tuhan, melalui malaikat-Mu ini.
Ayah dan ibu tidak perlu membelikan kami mainan saat itu.
Aku dan adikku jarang sekali meminta mainan.
Namun Engkau menghadirkan malaikat yang seperti Santa Claus, penuh kasih dan perhatian.
"Aku percaya, Tuhan, bahwa Engkau selalu mengirimkan malaikat-Mu dalam berbagai bentuk, dan kali ini, malaikat-Mu datang lewat Cathy."
(dk)
Ketulusan yang Menyentuh Langit
Tuhan...
Aku berterima kasih, karena Engkau telah melahirkan aku di tanah Bali yang begitu indah.
Tanah kelahiranku ini unik, dikagumi banyak jiwa di seluruh dunia.
Mereka menyebutnya "Pulau Dewata."
Namun, apakah benar para penghuninya sereligius itu?
Benarkah kami hanya mengutamakan-Mu?
Bahkan hampir 70% penghasilan kami diberikan untuk persembahan kepada-Mu.
Mungkinkah itu sebabnya banyak dewa merasa nyaman bersemayam di Bali?
Apakah ini yang dinamakan surga di bumi?
Tuhan, aku lahir dari keluarga Hindu yang religius.
Dua nenekku — bibi dari ayahku — adalah pelayan-Mu.
Begitu juga ayah dan pamanku.
Mereka tampak damai, namun di balik kedamaian itu ada juga perjuangan.
Dalam kesulitan, mereka tak pernah lelah mengajarkanku untuk selalu bersyukur dan hidup sederhana.
Tuhan, aku belajar berdoa dari nenek dan ayahku.
Saat nenek mengajakku berdoa, dia mengucapkan,
"Oh Dewa-Dewi yang bersemayam di tempat nan suci ini, berikanlah keluargaku kesehatan, makanan yang cukup, dan keselamatan. Jadikan juga cucuku yang sedang berdoa bersamaku ini anak yang berbakti, cerdas, dan menerima keberkahan dari-Mu."
Nenek berdoa dengan suara yang cukup keras hingga terdengar jelas di telingaku.
Mungkin ia ingin aku menghafalnya, atau ingin aku berdoa setulus dirinya.
Aku juga masih ingat saat ayahku mengalami kecelakaan sepeda motor.
Lukanya parah, terutama di lutut, hingga meninggalkan keloid yang masih terlihat hingga kini.
Engkau pasti tahu betapa sakitnya.
Suatu malam, saat aku hendak masuk ke kamarnya, aku berhenti di balik pintu.
Aku mendengar ayah menangis dan berdoa.
Untuk pertama kalinya, aku melihat ayahku menangis.
Dia berkata,
"Tuhan... kenapa ini sakit sekali? Tolong bantu aku menyembuhkan luka-luka ini."
Dia berdoa dengan begitu tulus.
Beberapa hari kemudian, luka-lukanya mengering dengan cepat.
Itu seperti keajaiban bagiku.
Bisakah aku menyebut ini sebagai pengalaman rohani pertamaku?
"Sejak saat itu, aku percaya bahwa ketulusan doa akan menemukan jalannya sendiri untuk sampai kepada-Nya."
(dk)
Minggu, 20 April 2025
Kehangatan si Boneka Beruang
Dia terdiam, setiap hari terdiam
Diantara dua majikan
Terkadang majikannya datang dengan tersenyum,
Terkadang majikannya datang dengan bersungut sungut
Dia tetap menerima semua itu
Apa boleh buat, dia tidak bisa menolak semua ekspresi itu
Majikan yang kadang dalam masalah, bahunya pun menjadi sandaran
Dia pasti sering bingung
Dia mencoba menenangkan dengan aroma keimutannya
Apalah dirinya yang hanya boneka imut kesepian saat kedua majikannya sibuk bekerja bisa menjadi sandaran yang menenangkan
Tetapi kehangatannya di malam hari mungkin lebih hangat dari seorang pasangan dari salah satu majikan
(dk)
Haruskah Manifesting Setiap Hari?
Mengapa mereka terlihat begitu bahagia?
Benarkah mereka bahagia?
Aku merasa cemburu pada mereka...
Mengapa langit dan bumi begitu baik pada mereka
Mengapa mereka bisa bersatu dan saling melengkapi
Berjalan melewati dua insan yang sedang jatuh cinta membuat hatiku merana
Tentu aku harus bersyukur pada apa yang terjadi dalam hidupku
Mungkin tidak dengan melihat orang lain yang mengalami nasib lebih buruk, tetapi mengingat seberapa banyak senyum yang hadir di hari-hariku.
Ya... aku patut bersyukur
Tembok-tembok yang menghalangi membuatku tidak berdaya
Pandanganku begitu sayu, seperti kehilangan tenaga
Mungkinkah energiku sudah diserap oleh pangeranku yang jauh disana
Dia memberiku kebahagiaan tapi tanpa dirinya disampingku membuatku bertanya-tanya.
Apakah ada takdir yang indah untuk kita? Apakah kita takdir itu
Dan jika aku termenung sekali lagi, aku merasakan itu semakin dekat
Benarkah teori bekerja sama dengan alam semesta itu?
Manifesting alam semesta sudah menjadi nyata berkali-kali dalam hidupku
Mungkinkah manifesting kali ini akan berhasil?
Ya.. sebelumnya semua dapat berjalan dengan baik mulai dari hal kecil hingga hal besar.
Menjadi seorang pengajar, memperoleh pendidikan yang lebih baik dari orang tuaku, memiliki seorang adik laki-laki, pindah ke ibukota, menjadi wanita mandiri di kamar dan fasilitas yang kuinginkan, itu semua terjadi begitu cepat.
Jika aku mengharapkan manifestasi kali ini menjadi nyata, apakah aku terlihat seperti orang yang serakah?
Setelah kupikir-pikir itu wajar, karena aku banyak mengorbankan diriku untuk orang lain, anggap saja semua yang kudapat adalah sebuah penghargaan untuk jiwa yang selalu memudahkan dan menenangkan jiwa orang lain ini. Begitulah seharusnya putri berhati malaikat berpikir dan bertindak.
(dk)
Jumat, 18 April 2025
Imajinasi Gila
Mataku terpejam, pikiranku penuh bayang-bayang
Membayangkan bagaimana masa depan yang akan terukir untuku dan pangeranku
Aku mungkin bisa berada di tempat tak terduga
Hanya dengan pikiranku sendiri
Disana ada bayangan tentang perlakuanmu kepadaku yang manis dan lembut
Bagaimana pelukan itu akan menyentuh tubuhku
Hangat dan memberiku energi
Aku bisa menyentuh pipimu
dan tersenyum mendongak kearahmu
Menyentuh rambutmu yang paling kubayangkan saat ini
Jika kau pergi dan membuatku berpikir banyak tentang peristiwa berbeda di kenyataannya
Ini mungkin akan gila, dan sesaat bisa menghancurkan hariku
(dk)
Irama
Perluhkah kita menyamakan getaran
Menjadi seirama
Aku ingin mendapatkan irama yang sama denganmu
Agar semua masih nyaman untukmu dan untuku
Terkadang aku ragu apakah irama ini akan bisa bertemu
Atau ini tak akan berhasil
Katanya kau memimpin, bisakah kau membuatnya lebih cepat
Dan aku akan menyamakan langkah ini
Aku ingin seperti itu
(dk)
Andai Kau Tahu
andai kau tahu aku menunggumu dalam tenang
andai kau tahu aku menunggumu saat senja
andai kau tahu aku merindukan bulan yang menyampaikan pesan tentangmu
andai kau tahu kelap kelip bintang malam yang kulihat terus melukis indahmu
andai kau tahu aku tidak akan berdiri tegak tanpa kata penyemangatmu
dan andai kau tahu aku membutuhkan manusia sepertimu
manusia yang membuatku merasa seperti manusia yang seutuhnya
yang nyaman kala gelap dan terang
tak menyembunyikan senyum dalam ketakutan
tak menyembunyikan bahagia dalam keresahan
munculah bahagia itu membawa secercah harapan
harapan akan masa depan yang mungkin menjadi lebih baik
baik untuk kita
maka jangan lupakan aku yang menunggumu,
agar aku dan kamu menjadi kita
sehingga kita baik untuk kita
berjanjilah...
(dk)
Minggu, 13 April 2025
Tak Ada Yang Bisa
Dia berteriak tapi tidak satupun bisa mendengarnya
Dia berteriak dalam hatinya
Hatinya mencoba menyuarakan hingga ke ujung penjuru bumi
Tak ada juga yang menghiraukannya
Tak ada yang memungkinkan untuk dia percaya
Tapi hatinya sendiri sangat mudah remuk
Hatinya sendiri mudah hancur berkeping-keping
Tak ada yang mungkin bisa menyatukannya
Dimana dia berada
Apa dayaku jika semua tanpamu
Hariku begitu gelap sebelumnya
Gembala hatiku, tak mungkin aku berpikir untuk meninggalkanmu
Tapi semua mungkin akan berakhir
Tanda-tanda yang menunjukan aku begitu bergantung padamu saat ini
Itu sangat menyebalkan
Sesuatu pada kita yang sulit disatukan
Rasa enggan yang kau tunjukan
Perasaan bosan yang mungkin mengakhiri semuanya
Perasaan sepi yang mungkin selalu menghantuiku
Perasaan tak puas yang mungkin selalu menuntutku
Itu membuatku sesak..
Bagaimana caranya aku lebih tenang dan tidak terlalu berespektasi untuk hal yang lebih baik
Takdir, dimana dia berada?
Rasanya aku belum menemukannya
(dk)