Menunggu petang yang kukira hariku akan indah saat petang
Memaknai petang dengan berbagai hal yang mungkin membuatku lebih bersemangat meraih tempat tidur
Petang menjelang malam dan mataku masih sulit terpejam
Banyaknya pikiran untuk sesuatu yang seperti racun lebih bodoh dibandingkan menghabiskannya dengan belajar
Aku teringat saat masa-masa aku menjalani pendidikan magister, waktu yang habis tidak pernah menjadi sia-sia.
Sungguh mudah sebenarnya,
Hanya perlu belajar, lelah, bersemangat, menulis dan belajar lagi hingga mengulang siklusnya berulang kali
Bukannya aku habis termakan kekecewaan justru menjadi cerdas karena banyak belajar
Itu benar harusnya terjadi
Tetapi terkadang jiwa bodoh ini masih suka mencuri-curi waktu untuk merasakan kesedihan dan menangis
Mengapa menangis akhir-akhir ini menjadi sesuatu yang candu?
Menumpahkan rindu tidaklah salah namun mencuri waktu untuk menumpahkan rindu itu yang bodoh
Menyusun jadwal menjadi super produktif itu sudah pasti jalan yang tepat, namun terkadang tubuh tak cukup kuat melakukan ini dan itu.
Harapannya bersantai sambil rebah justru mengundang rindu lagi, sungguh aneh
Terlahir sebagai seorang yang cerdas dan terus bertumbuh tak selamanya memberikan kebahagiaan, justru semakin kritis dan semakin banyak pengetahuan, kepala bergejolak bagaikan jiwa tak normal, banyak teman di kepala yang menjadi percakapan-percakapan aneh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar