Jika waktu kembar bisa mengabulkan permintaanku,
Aku akan terus melakukannya hingga tak terhitung lagi jumlahnya
Berharap dengan waktu kembar itu , pertemuan manis bisa terjadi
Tak mungkin itu bisa terjadi karena harapan semu selalu menutupinya
Menghindari rasa sakit agar lebih keras bekerja dan tidak melukai kemampuan mencari nafkah
Semuanya dilakukan untuk menjaga itu
Lebih baik hidup kaya tanpa bunga pajangan
Dibandingkan dipenuhi bunga namun terpuruk
Begitukah maksudnya?
Toh bunga-bunga itu hanya indah sementara, lalu semua akan layu dan rontok
Begitukah maksudnya?
Sungguh tak bisa dipercaya dan tak mungkin berbuat apapun lagi
Tuhan bilang cara berdoaku salah, aku selalu menuntut
Harusnya aku cukup mengatakan “aku sudah mendapatkan semuanya” lalu terus bekerja keras.
Menjadi sibuk itu tak masalah agar tak mengingatkan lagi pada luka yang pernah ada
Setiap hari hanya lagu-lagu sendu yang menemani
Begitu lagu sendu habis, tersadar waktunya berangkat ke kantor, setelah lagu sendu habis tersadar waktunya makan siang, sesaat lagu sendu habis tersadar waktunya pulang ke rumah dan begitu seterusnya.
Padahal aku hanya perlu menjalaninya dengan mengulangnya tapi aku merasa ini sulit. Sesekali mungkin merasa semuanya sudah cukup tapi sesekali juga semuanya jadi sangat menggila.
Mungkinkah dia baik-baik saja, apakah dia sudah menemukan cinta barunya? Apakah dia tidak pernah mengingatku lagi sekalipun? Masih ingatkah dia, saat dia mengatakan aku miliknya? Apakah ada fenomena yang dia hadapi dan itu mengingatkannya tentangku seperti aku yang selalu diterpa fenomena dan teringat tentangnya? Apakah dia sudah menghapus semua kenangannya dan tak ada satupun yang tersisa tentangku?
Ini menyakitkan bukan? Ini tidak adil, karena aku terus terngiang tentangnya. Ini tidak adil karena dia tidak pernah muncul lagi dan mencariku. Dia benar-benar meninggalkan semuanya tanpa penyesalan.
Haruskah aku memulai lembaran baru dan mensyukuri kesempatan itu?