Perjalanan menuju masa depan dengan semua keabstrakan yang terjadi
Siapa yang menyangka pada akhirnya akan sampai pada suatu tujuan
Tujuan itu pernah dicita-citakan sebelumnya, dia adalah posisiku saat ini
Semua terasa seperti mimpi
Menjadi berbeda dimasa kecil bukanlah hal yang buruk, tapi tak juga terlalu istimewa
Ketika aku melihat anak-anak seusia 5 tahun (yang merupakan usiaku juga) sedang bermain berlarian kesana kemari, mereka tertawa dengan bebas tanpa amarah ayah ibunya, sedangkan aku hanya mendengar omelan mamaku yang depresi dengan kehidupannya. Mama melampiaskan semuanya dengan gertakan suara yang lantang dan keras.
Tidak merestuiku melakukan hal yang anak-anak lain seusiaku lakukan. Hanya menyuruhku menghapal huruf, belajar menulis dan membaca.
Bola mata mama akan membesar seakan memakanku jika aku tidak melakukannya sambil tersenyum.
Mama yang menyeramkan, itulah yang ada dipikiranku.
Mama selalu mengatakan "jangan ulangi kemalangan hidupku di kehidupanmu, hiduplah dengan baik"
"Belajarlah dengan baik, agar masa depanmu lebih baik"
Apa itu masa depan yang baik? aku sudah banyak belajar dan banyak bekerja tapi pada akhirnya banyak juga yang hilang dalam hidupku?
Saat ada dibangku SMP, anak-anak seusiaku pergi keluar rumah untuk bersosialisasi dengan teman-temannya diluar waktu sekolah. Sedangkan aku? Melanjutkan semua urusan pekerjaan rumah agar ibuku bisa mencari uang dengan tenang tanpa pusing dengan semua pekerjaan rumah.
Terlebih pekerjaan sebagai penduduk hindu di Bali sangatlah rumit, ibadah kepada Tuhan dengan berbagai perlengkapan adalah yang utama, usai mengerjakan PR mengerjakan sarana ibadah adalah hal wajib.
Di sekolah, waktu untuk memiliki teman juga tidak ada. Aku harus bersiap untuk berbagai kompetisi perlombaan mewakili sekolah, mulai dari bidang komputer, sastra bali, pidato, karya ilmiah hingga jurnalistik memenuhi hari-hariku.
Semua guru bangga dan menyukaiku, tapi tidak teman-temanku
Sebagai seorang yang jarang ada di kelas, mereka justru membenciku karena tidak bisa belajar bersama, tidak bermain bersama bahkan ada satu diantara mereka yang membuliku.
Itukah kehidupan sebagai siswa yang kuinginkan?
Hahaha...
Lalu apakah dengan segala usaha itu sudah banyak manfaat yang orang lain bisa dapatkan dariku?
Tentu saja tidak, karena aku masih sering bingung memetakan hal yang bermanfaat bagi diriku dan bagi orang lain.
Jiwaku yang tidak konsisten, keinginanku yang abstrak, ketidakpastian keadaan dan godaan dalam hidup mengacaukan semuanya.
Wah sepertinya aku membuat pikiran pembaca menjadi rumit, jangan tiru, ini adegan berbahaya, hahaha
(dk)
