Aku punya sedikit cerita tentang dua tahun berlalu di tempat baru ini.
Cerita ini sebagai pengaduan akan beberapa kelelahanku
Sebenarnya tidak terlalu berarti dibandingkan kelelahan fisikmu
Ini kuyakini sangat berbeda dari kelelahan fisikmu itu
Lebih kepada kelelahan hati dan pikiran
Nuansa ketegangan, kawatir dan ketakutan
Ketegangan dibeberapa hari dalam satu minggu, apakah para pengajar itu menganggap aku mampu di kesukaran materi yang tak kumengerti
Nuansa kawatir jika seandainya usaha itu tidak memenuhi standar yang mereka inginkan
Ketakutan akan lamanya waktu yang kubutuhkan untuk mengerti dan menyatakan bahwa aku bisa menghadapi semuanya
Mungkin kau akan tertawa karena sebenarnya itu bukanlah hal yang berat
Kau akan bercerita dan memberikan contoh pernah melalui hal yang lebih berat
Aku pun akan menerimanya
Bagiku kau memang yang terbaik
Namun, ceritaku belum selesai, tunggu.. aku masih ingin melanjutkannya
Beberapa kesibukan di tempat ini membuatku semakin dewasa, aku sangat menyukai saat aku dapat melakukan hobiku dan menikmati hiburan
Tersenyum, bersyukur dan tertawa di beberapa waktu...
Aku berusaha merekamnya dalam beberapa memory, agar kau juga dapat melihatku yang semakin bertumbuh
Jujur saja terkadang aku tidak terlalu mencerna pelajaran yang tidak memadai dalam pikiranku
Jangan kawatir, mengenai pelajaran yang kusuka aku cukup menguasainya..
Ku harap kau mengerti, ini aku apa adanya.
Aku bisa lebih berusaha namun pada tempat aku bisa melakukannya dengan hati, kau yang merawatku dari kecil pasti mengetahui hal tersebut.
Jika harus bercerita masa sulitku, itu sebenarnya tidak sulit namun pikiranku yang selalu membuatnya sulit
Ingatkah kau, bahwa aku orang yang memang sedikit berlebihan dan membumbui hal biasa menjadi tak biasa, jangan kawatir karena bumbu itu hanya sebatas pikiran bukan bibir nakal.
Aku pasti sudah gila, karena kebiasaan menyerah masih selalu ada dalam diriku, itu sungguh menghancurkan harapan. Bisakah kau berikan aku jurus yang melenyapkan hal tersebut?
Nantinya aku menyesal sendiri dengan kebodohan tersebut, lalu menyalahkan diriku sendiri
Memang aku banyak berubah, namun pedoman hidup darimu yang hanya kurasakan sampai remaja cukup menjadi bekal baik sehingga aku tidak melakukan tindakan bodoh berbahaya disaat menyalahkan diri sendiri.
Hatiku begitu lega jika masalah tersebut berlalu, kemudian sedikit mengancam Tuhan agar tidak memberikan masalah baru lagi.
Kuyakin Tuhan justru ingin mengirimkan masalah lagi secara bertubi-tubi.
Agar doa tentang kesuksesan yang kau kumandangkan tiap hari dapat kucapai.
Mengenai sahabat dan teman percayakan padaku, mereka sangat menyukaiku
Pujian selalu datang, bahkan ada panggilan dari tempat yang jauh terdengar di telinga, tentunya menyerukan namaku.
Kau pasti sudah merakitku menjadi wanita murah hati sejak dalam kandungan.
Baiklah... aku sudah menyadarinya saat ini
Aku yakin doa yang kau ciptakan saat aku dalam kandungan ketika itu mengalir setiap hari.
Baiklah... aku mengakuinya saat ini
Aku pun bersyukur terlahir dengan pribadi saat ini
Ada satu hal yang sangat kuinginkan, hal tersebut adalah tersenyum tulus
Aku ingin mencerminkan kemurahan hati dari senyuman tulus.
Itu pasti begitu indah.
Bisakah kau dan aku membayangkannya bersama.
Andaikan kau disini, kita pasti akan berdebat bahwa senyuman tidak selalu berarti bahagia
Karna kau sangat jarang tersenyum melihat sulitnya hari yang kau lalui
Baiklah... andai sulit bagimu, aku hanya bisa terus berdoa seperti hal yang selalu kau ajarkan
Kau begitu istimewa untuku, karena kau pendoa sempurna
Mari kita berlanjut pada bagian berikutnya, bagian kekesalan menghadapi kawan atau teman yang seperti parasit.
Jangan katakan aku jahat, karena beberapa kawanku memang seperti itu.
Mereka mengandalkan aku untuk mendapatkan nilai..
Entahlah, bagian ini dapat mencerminkan kebaikan atau sebuah kebodohan
Beberapa diantara mereka kubina dengan baik akhirnya kita mendapatkan penghargaan dari pengajar.
Mereka ternyata tak seburuk yang kubayangkan, sebagian dari mereka masih memiliki niat untuk mendapatkan hal baik.
Sekarang, apakah aku dapat memimpin bagimu
Tentu saja tidak, karena aku belum pandai memimpin emosi.
Sangat tepat jika dikatakan sifat ini darimu, karena aku tahu emosi yang kau keluarkan paling dahsyat sedunia.
Jika ada ibu lain yang lebih hebat darimu tentu saja kau masih terbaik.
Kau membuatku merasakan begitu banyak rasa
Semesta juga tidak mengucilkan aku, mereka menganggap aku harus dijaga, kurasakan perihal itu.
Semesta memberikan aku ide baru setiap hari.
Aku sangat penasaran tentang apa yang akan terjadi di tahun ketiga nanti, akankah menjadi lebih baik?
Kau setia menuntun aku untuk lebih berani menghadapinya.
Semoga lebih berani dan berani lagi...
Agar tidak sia sia hidup ini.
I LOVE YOU MUM